Sabtu, 14 Februari 2015

Mbah Angkling Kusuma

Dikisahkan oleh Kiai Budi II




SEDULURKU TERCINTA,ketika saya berangkat acara ke Wedarijaksa Pati sampai di Sayung Demak,saya tidur dikagetkan seberkas cahaya menatap mata saya lalu saya terbangun,dan menyuruh sopir untuk minggir,ada apa.Setelah keluar dan balik kanan,saya melihat sesosok orang sepuh:rambut panjang memutih berdebu,berjalan pakai dua tongkat di tanganya kanan-kiri,sorot matanya tajam,hidungnya mancung,kaki kirinya melengkung dengan perban kain tebal warna coklat,sekujur tubuhnya hitam karena debu jalanan bercampur oli knalpot,baju celananya "belel",sarung warna coklat oelh debu melilit lehernya,kuku kaki tangan panjang-panjang 3 centimeteran,berjalan tertatih-tatih,gigi depan atas bawah habis.Saya mendekati orang sepuh dengan uluk salam dan mencium tanganya yang hitam pekat.Dia hanya tersenyum,saya merasa diterima dalam persapaan itu.Saya bertanya:"Mau kemana mBah?" Dia menjawab sembari menatap bengong:"Maring Prancis tapi Nyong mau mampir ke Singapura disik telung dina." Saya abaikan kata-katanya,dan saya tawari ikut saya,dia bersedia.Mendengar turur katanya jelas orang dari daerah Tegal.

Sembari berdampingan di mobil,saya nyalakan rokok buat dia,lalu saya berdialog dengan dijawab sepotong-sepotong.Dia mengaku bernama Angkling Kusuma,asli Terowongan namun tidak dijelaskan wilayah mana Tegalnya,pokoknya Terowongan.Punya anak tiga,dan dia gak tahu lagi dimana,keluarga juga tidak mau menjelaskan.Sebelum ke Wedarijaksa,mBah Angkling Kusuma ini saya ajak mampiri Tari Sufi Jepara yang markaznya di Pesantren Nailun Najah Kriyan Kalinyamatan,di sana dia membagi uang dua ribuan kepada Gus Mad dan keluarga,karena sarung yang dililitkan lehernya itu ternyata berisi uang recehan semua.Kemudian saya ajak mampir di Markaz Sedulur Caping Gunung Pati,selanjutnya saya ajak ke acara Walimahan nganten di Wedarijaksa,dia mengikuti dengan tenang hingga acara itu selesai dini hari.Lalu kembali lagi ke Markaz Caping Gunung Pati,di dekat rumah Mas Imam Bucah.Paginya setelah sarapan hanya beberapa cendok,dan lebih suka merokok,dia membagi uang recehan dua ribuan lagi kepada yang datang menyambang,terus saya mencoba lobbi kepadanya:"Mbah Angkling Kusuma,mau saya potong kukumu dan rambutmu?" Dia agak lama menjawab dan menatap jauh ke langit mendung pagi itu:"Gelem bae".Dengan segera saya menyuruh "nggodok" air panas setelah saya potongi rambut dan kukunya,mau saya mandikan.Dan semua yang ada di Markaz membantu saya dengan tulus:mengganti pakaian,membelikan sandal,dan mengantar ke Rumah Sakit Pati untuk mengganti perban kakinya yang luka "menganga" bekas ditabrak orang dan patah sehingga kaki kiri itu tidak kuat menyangga tubuhnya karena sebagian tulang kakinya menyembul keluar.Sepulang dari Rumah Sakit,dia saya minta tidur di kamar namun lebih banyak terjaga sepanjang hari.Dia gak begitu suka makan dengan alasan menjadikan sering buang air besar.

Malamnya,saya ajak ke pengajian Maulid di Jambeyan Kidul dengan dipakai peci putih dan sarung tetep tidak boleh ketinggalan,kalau dipandang seperti memakai serban.Usai Maulid di Markaz dan Jambean Kidul lalu saya ajak nonton wayang pada tempat yang sama,di Wedarijaksa.Semua dia ikuti dengan banyak diam,dan dilayani temen-temen dalam berbagai sisi yang dibutuhkan.Paginya,sepulang dari Markaz Caping Gunung,saya ajak naik bis menuju Semarang,di Rumah Cinta.Semalam,sebelum saya berangkat ke rutinan Gus Ali Gondrong,mBah Angkling Kusuma ini sepertinya menggesa:"Kok rekasa nemen Nyong saiki." Kok susah amat aku sekarang.Saya kaget mendengarnya,dan saya merasa bersalah telah menolongnya.Kenapa? Karena dia berkisah tentang dunia "sana" yang dinikmatinya selama ini.Melihat aura mukanya dalam berkisah,sepertinya dia merasa kehilangan "suasana" di Terowongan itu,dan meminta saya pamit ke sana dengan menawarkan kepada saya:apakah saya mau? Saya bilang "mau",karena di sana akan diperkenalkan wilayah yang sungguh-sungguh "enak",namun syaratnya sungguh-sungguh "berat":makanlah hanya bubur,hindari makan lauk dari binatang-binatang,dan mewiridkan secara "sirri" ucapan dia [Maaf,tidak boleh diberitakan].Dia bilang kepada saya:"Itulah syarat kalau mau ikut saya dengan jalur "ekspress".Agama-agama semua baik,namun terlalu "lambat" untuk sampai ke sana.Nanti saya perkenalkan Nabi-Nabi,termasuk Nabi Khidzir yang telah saya kenal dengan baik." Saya hanya bengong mendengar ungkapan mBah Angkling Kusuma ini.Saya dekap dia sambil tidur bersamanya,lalu saya minta pamit untuk ngaji.Dia tiba-tiba bilang:"Ngaji kui 'turahan',lebih enak ning 'kana'.Kui pesta sing paling enak,dudu turahan." Hah? Saya membatin,namun saya tetep pamit sama dia.

Kawan-kawan,kemaren sebenarnya sudah saya tulis catatan tentang dia namun gagal diterbitkan karena tiba-tiba laptop mati dengan sendirinya,namun setelah Subuhan tadi saya minta ijin dia untuk berkisah,dia bilang sambil menunjuk dadanya:"Soal wirid kui ojo diceritakno".Saya bahagia bertemu dengan mBah Angkling Kusuma ini,bahagia,bahagia,,,,Tabik!