Dikisahkan oleh Kiai Budi II
SEDULURKU TERCINTA,ketika saya berangkat acara ke Wedarijaksa Pati
sampai di Sayung Demak,saya tidur dikagetkan seberkas cahaya menatap
mata saya lalu saya terbangun,dan menyuruh sopir untuk minggir,ada
apa.Setelah keluar dan balik kanan,saya melihat sesosok orang
sepuh:rambut panjang memutih berdebu,berjalan pakai dua tongkat di
tanganya kanan-kiri,sorot matanya
tajam,hidungnya mancung,kaki kirinya melengkung dengan perban kain tebal
warna coklat,sekujur tubuhnya hitam karena debu jalanan bercampur oli
knalpot,baju celananya "belel",sarung warna coklat oelh debu melilit
lehernya,kuku kaki tangan panjang-panjang 3 centimeteran,berjalan
tertatih-tatih,gigi depan atas bawah habis.Saya mendekati orang sepuh
dengan uluk salam dan mencium tanganya yang hitam pekat.Dia hanya
tersenyum,saya merasa diterima dalam persapaan itu.Saya bertanya:"Mau
kemana mBah?" Dia menjawab sembari menatap bengong:"Maring Prancis tapi
Nyong mau mampir ke Singapura disik telung dina." Saya abaikan
kata-katanya,dan saya tawari ikut saya,dia bersedia.Mendengar turur
katanya jelas orang dari daerah Tegal.
Sembari
berdampingan di mobil,saya nyalakan rokok buat dia,lalu saya berdialog
dengan dijawab sepotong-sepotong.Dia mengaku bernama Angkling
Kusuma,asli Terowongan namun tidak dijelaskan wilayah mana
Tegalnya,pokoknya Terowongan.Punya anak tiga,dan dia gak tahu lagi
dimana,keluarga juga tidak mau menjelaskan.Sebelum ke Wedarijaksa,mBah
Angkling Kusuma ini saya ajak mampiri Tari Sufi Jepara yang markaznya di
Pesantren Nailun Najah Kriyan Kalinyamatan,di sana dia membagi uang dua
ribuan kepada Gus Mad dan keluarga,karena sarung yang dililitkan
lehernya itu ternyata berisi uang recehan semua.Kemudian saya ajak
mampir di Markaz Sedulur Caping Gunung Pati,selanjutnya saya ajak ke
acara Walimahan nganten di Wedarijaksa,dia mengikuti dengan tenang
hingga acara itu selesai dini hari.Lalu kembali lagi ke Markaz Caping
Gunung Pati,di dekat rumah Mas Imam Bucah.Paginya setelah sarapan hanya
beberapa cendok,dan lebih suka merokok,dia membagi uang recehan dua
ribuan lagi kepada yang datang menyambang,terus saya mencoba lobbi
kepadanya:"Mbah Angkling Kusuma,mau saya potong kukumu dan rambutmu?"
Dia agak lama menjawab dan menatap jauh ke langit mendung pagi
itu:"Gelem bae".Dengan segera saya menyuruh "nggodok" air panas setelah
saya potongi rambut dan kukunya,mau saya mandikan.Dan semua yang ada di
Markaz membantu saya dengan tulus:mengganti pakaian,membelikan
sandal,dan mengantar ke Rumah Sakit Pati untuk mengganti perban kakinya
yang luka "menganga" bekas ditabrak orang dan patah sehingga kaki kiri
itu tidak kuat menyangga tubuhnya karena sebagian tulang kakinya
menyembul keluar.Sepulang dari Rumah Sakit,dia saya minta tidur di kamar
namun lebih banyak terjaga sepanjang hari.Dia gak begitu suka makan
dengan alasan menjadikan sering buang air besar.
Malamnya,saya
ajak ke pengajian Maulid di Jambeyan Kidul dengan dipakai peci putih
dan sarung tetep tidak boleh ketinggalan,kalau dipandang seperti memakai
serban.Usai Maulid di Markaz dan Jambean Kidul lalu saya ajak nonton
wayang pada tempat yang sama,di Wedarijaksa.Semua dia ikuti dengan
banyak diam,dan dilayani temen-temen dalam berbagai sisi yang
dibutuhkan.Paginya,sepulang dari Markaz Caping Gunung,saya ajak naik bis
menuju Semarang,di Rumah Cinta.Semalam,sebelum saya berangkat ke
rutinan Gus Ali Gondrong,mBah Angkling Kusuma ini sepertinya
menggesa:"Kok rekasa nemen Nyong saiki." Kok susah amat aku
sekarang.Saya kaget mendengarnya,dan saya merasa bersalah telah
menolongnya.Kenapa? Karena dia berkisah tentang dunia "sana" yang
dinikmatinya selama ini.Melihat aura mukanya dalam berkisah,sepertinya
dia merasa kehilangan "suasana" di Terowongan itu,dan meminta saya pamit
ke sana dengan menawarkan kepada saya:apakah saya mau? Saya bilang
"mau",karena di sana akan diperkenalkan wilayah yang sungguh-sungguh
"enak",namun syaratnya sungguh-sungguh "berat":makanlah hanya
bubur,hindari makan lauk dari binatang-binatang,dan mewiridkan secara
"sirri" ucapan dia [Maaf,tidak boleh diberitakan].Dia bilang kepada
saya:"Itulah syarat kalau mau ikut saya dengan jalur
"ekspress".Agama-agama semua baik,namun terlalu "lambat" untuk sampai ke
sana.Nanti saya perkenalkan Nabi-Nabi,termasuk Nabi Khidzir yang telah
saya kenal dengan baik." Saya hanya bengong mendengar ungkapan mBah
Angkling Kusuma ini.Saya dekap dia sambil tidur bersamanya,lalu saya
minta pamit untuk ngaji.Dia tiba-tiba bilang:"Ngaji kui 'turahan',lebih
enak ning 'kana'.Kui pesta sing paling enak,dudu turahan." Hah? Saya
membatin,namun saya tetep pamit sama dia.
Kawan-kawan,kemaren
sebenarnya sudah saya tulis catatan tentang dia namun gagal diterbitkan
karena tiba-tiba laptop mati dengan sendirinya,namun setelah Subuhan
tadi saya minta ijin dia untuk berkisah,dia bilang sambil menunjuk
dadanya:"Soal wirid kui ojo diceritakno".Saya bahagia bertemu dengan
mBah Angkling Kusuma ini,bahagia,bahagia,,,,Tabik!
Popular Posts
-
16 – 12 – 2010 - Duh gusti … aku nyawang kowe lagi jibrat getih, gambarmu putih tapi maknomu ireng. - Lakonon...
-
Mereka luar biasa, kitab suci al-qur'an yang bagi kebanyakan orang saat ini tak lebih dari sekedar buku yang "dianggap suci"...
-
Mimpi bertemu KH. Sholahuddin di ndalem, awalnya saya leyeh-leyeh, terus melihat beliau duduk disofa, saya langsung bangun & duduk agak...
-
Iman Supriyono... yah itulah nama seseorang yang pagi tadi mengisi materi Mindset (inspirasi Bisnis IT). Diawal perkenalannya beliau mengata...
-
Siang hari dengan terik matahari yang menyengat itu rupanya bukan menjadi alasan bagi brewok untuk tidak melancarkan niat ‘bulus’ nya. Tepa...
-
Yaa Tuhan... Rasa-rasanya memang pantas hamba ini tak se-zaman dengan kekasihMu; Nabi Muhammad SAW. Yaa Tuhan... Bagaimana mung...
-
Semua pada dasarnya ingin ber-bahagia, yang bekerja ingin bahagia, yang menjalin hubungan ingin bahagia, yang belajar ingin bahagia, yang...
-
Dalam forum pengajian yang diadakan untuk para ketua kelompok muncul pertanyaan perihal SA78, yang sempat terlontar di forum maupun secar...
-
Berkali-kali aku merasa ibu itu tidak pantas menyuruh aku Berkali-kali aku merasa ibu itu tidak berhak mengingatkanku Berkali-kali aku ...
-
Pagi itu seperti biasanya saya berangkat untuk melakukan aktivitas harian, dengan mengendarai motor yang cukup lusuh, saya berharap semoga...
Blog Archive
Diberdayakan oleh Blogger.