Suatu malam, Ustadz Muhammad Nadzif Masykur berkunjung ke rumah.
Setelah membicarakan beberapa hal, beliau bercerita tentang seorang
tukang becak di sebuah kota, di Jawa Timur. Ini baru cerita, kata saya.
Yang saya catat adalah, pernyataan misi hidup tukang becak itu:
1. Jangan pernah menyakiti.
2. Hati-hati memberi makan istri.
Antum pasti tanya, tukang becak macam apakah ini sehingga punya mission
statement segala? Saya juga tertakjub dan berulang kali berseru
"SubhanAllah!" mendengar kisah hidup
bapak berusia 55 tahun ini. Beliau ini hafidz Qira'ah Sab'ah!!! Beliau
menghafal al-Qur'an lengkap dengan tujuh qiraat seperti saat diturunkan;
qiraat Imam Hafsh, Imam Warasy, dan lainnya.
Dua kalimat beliau itu sederhana. Tetapi bayangkanlah sulitnya
mewujudkan hal itu bagi kita. JANGAN PERNAH MENYAKITI. Dalam tafsir
beliau di antaranya adalah soal tarif becaknya. Jangan sampai ada yang
menawar, karena menawar menunjukkan ketidakrelaan dan ketersakitan.
Misalnya ada yang berkata, "Pak terminal Rp 5000 ya....," terus dijawab,
"Waduh, nggak bisa, Rp 7000 mbak." ini namanya sudah menyakiti. Makanya
beliau tak pernah pasang tarif. "Pak ke terminal Rp 5000 ya..."
jawabnya pasti OK. "Pak, ke terminal Rp 3000 ya..." jawabnya juga oK.
Bahkan kalau, "Pak ke terminal 1000 ya...," jawabnya juga sama: OK.
Gusti Allah! Manusia macam apa ini. Kalimat kedua, HATI-HATI MEMBERI
MAKAN ISTRI, artinya sang istri hanya akan makan dari keringat dan becak
tuanya. Rumahnya berdinding gedheg. Istrinya berjualan gorengan. Stop!
Jangan dikira beliau tidak bisa mengambil yang lebih dari itu. Harap
tahu, putra beliau dua orang. Hafidz al-Qur'an semua. Salah satunya
sudah menjadi dosen terkenal PTN terkemuka di Jakarta. Adiknya, tak
kalah sukses. Pejabat strategis di pemerintah baru sekarang.
Uniknya, saat pulang, anak-anak sukses ini tak berani berpenampilan
"wah". Mobil ditinggal beberapa blok dari rumah. Semua aksesoris diri:
arloji, handphone dilucuti. Bahkan baju perlente diganti kaos oblong dan
celana sederhana. Ini adab, tata krama. Sudah berulangkali sang putra
mencoba meminta bapak dan ibunya ikut ke Jakarta. Tetapi tidak pernah
tersampaikan. Setiap kali akan bicara serasa tercekat di tenggorokan,
lalu mereka hanya bisa menangis. Menangis. Sang bapak selalu bercerita
tentang kebahagiaannya, dan dia mempersilahkan putra-putranya untuk
menikmati kebahagiaan mereka sendiri.
Waktu saya ceritakan ini
pada istri di Gedung Bedah Sentral RSUP Dr. Sardjito keesokan harinya,
kami menangis. Ada banyak kekasih Allah yang tak kita kenal.
---
Salim A. Fillah, "Barakallahu Laka: Bahagianya Merayakan Cinta", hlm. 440-441.
-++-
Minggu, 22 Juni 2014
Minggu, 15 Juni 2014
Brewok & Tukang Becak
Siang hari dengan terik matahari yang menyengat itu rupanya bukan menjadi alasan bagi brewok untuk tidak melancarkan niat ‘bulus’ nya. Tepat pukul 13.00 dia berjalan menyusuri jalanan sempit disekitar rumahnya. Misinya satu yakni ‘mokel’ bareng-bareng dengan temannya yang sudah mereka rencanakan semalam.
Sesampainya di penghujung gang sempit, dia berjalan sedikit kearah timur, yah rupanya dia ingin menaiki becak kali ini , hal yang sangat jarang sekali dilakukan oleh si brewok yang bermuka serem, ibarat sahabat Umar bin Khottob yang bahkan syetan pun lari terbirit-birit apabila melihat beliau. Brewok si pemuda yang sebenarnya cukup sopan kepada siapapun ini memang meiliki postur tubuh yang tinggi besar, kulit coklat agak ke-hitam-an, rambut sedikit tak teratur, ditambah lagi suaranya yang berat ibarat salon full bass. Bisa dipastikan siapapun yang belum kenal dengan brewok dia akan menganggap brewok sebagai preman raja tega.
Beberapa langkah dia berjalan, tiba-tiba dia berhenti disamping tukang becak yang terlihat dengan nikmat menghisap sebatang rokok lawas yang sudah hampir habis.
Brewok (B) : Pak, becak ke Jalan Mastrip yah, berapa?
Tukang Becak (T) : 10 ribu mas, soalnya cukup jauh jalan Mastrip itu mas.
B : oke pak, santae aja (melemparkan senyuman ke bapak tukang becak)
T : monggo mas
setelah beberapa menit brewok menikmati ayunan becak dia mulai membuka pembicaraan dengan bapak si tukang becak, dengan gaya nya yang sok bijak dia bertanya kepada bapak tukang becak ;
B : pak, kenapa tida puasa? (sesekali menoleh kearah belakang melihat muka bapak tukang becak)
T : (tersenyum kecut) ruwet mas…
B : lha kenapa pak?
T : saya ini tukang becak mas, dan tidak ada pekerjaan lain selain ini, istri dan anak saya bisa makan sehari-hari ya dari penghasilan becak ini mas.
B : terus hubungannya dengan tidak puasa apa pak?
T : umur saya sudah lebih dari setengah abad mas, tenaga saya sudah berkurang jauh, seandainya saya puasa bisa saya pastikan saya tidak akan dapat mengayunkan becak sebagaimana mestinya. otomatis jatah untuk makan anak istri saya akan berkurang, saya tidak rela kalau sampai melihat anak istri saya menahan rasa lapar gara-gara tidak ada yang dipakai untuk makan
(brewok yang awalnya sedikit ‘leyeh-leyeh’ seketika menegakkan punggungnya pertanda serius untuk mendengarkan cerita pak tukang becak, masih dengan ke-bengong-annya yang kadang-kadang terlihat dari raut mukanya, sesekali keluar suara batuk dari mulutnya yang hitam kelam)
T : saya sadar mas kalau ini dosa, dan saya tidak mengingkari itu, namun harus bagaimana lagi ??? Tiap hari pak ustadz memberikan tausyiah tentang haramnya meninggalkan puasa, dosa yang akan diterima bagi orang yang tidak berpuasa pada bulan ramadan, tapi apakah pernah beliau-beliau para ustadz yang mulia merasakan apa yang kami rasakan, beliau-beliau dengan santai dan penuh harap ketika menyampaikan tausyiah, itu karena beliau-beliau berada di posisi yang lebih nyaman daraipada kami. kami yang merasakan bagaimana sulitnya hidup dengan segala keterbatasan mas, hal itu tidak mudah sebagaimana yang sebagian orang pikirkan. Namun saya juga tidak menyalahkan pak ustadz yang memeberikan tausyiah, itu sudah menjadi kewajiban mereka sebagai orang yang memiliki ilmu untuk berbagi dengan yang lain. tapi ya saya mohon maaf mungkin saya belum bisa mas. Air mata anak saya terlihat begitu menyedihkan bagi saya mas. saya tak tega membayangkannya apalagi melihatnya.
(brewok yang masih dengan kebengongannya semenjak awal tiba-tiba tertunduk lesu, dia merasa malu ketika membandingkan si bapak tukang becak dengan dirinya, sangat jauh, walaupun sama-sama tidak melaksanakan kewajiban puasa waktu itu)
B : hmmm… iya pak, turun dekat tambal ban situ aja pak yah..
T : baik mas
Sesampainya di penghujung gang sempit, dia berjalan sedikit kearah timur, yah rupanya dia ingin menaiki becak kali ini , hal yang sangat jarang sekali dilakukan oleh si brewok yang bermuka serem, ibarat sahabat Umar bin Khottob yang bahkan syetan pun lari terbirit-birit apabila melihat beliau. Brewok si pemuda yang sebenarnya cukup sopan kepada siapapun ini memang meiliki postur tubuh yang tinggi besar, kulit coklat agak ke-hitam-an, rambut sedikit tak teratur, ditambah lagi suaranya yang berat ibarat salon full bass. Bisa dipastikan siapapun yang belum kenal dengan brewok dia akan menganggap brewok sebagai preman raja tega.
Beberapa langkah dia berjalan, tiba-tiba dia berhenti disamping tukang becak yang terlihat dengan nikmat menghisap sebatang rokok lawas yang sudah hampir habis.
Brewok (B) : Pak, becak ke Jalan Mastrip yah, berapa?
Tukang Becak (T) : 10 ribu mas, soalnya cukup jauh jalan Mastrip itu mas.
B : oke pak, santae aja (melemparkan senyuman ke bapak tukang becak)
T : monggo mas
setelah beberapa menit brewok menikmati ayunan becak dia mulai membuka pembicaraan dengan bapak si tukang becak, dengan gaya nya yang sok bijak dia bertanya kepada bapak tukang becak ;
B : pak, kenapa tida puasa? (sesekali menoleh kearah belakang melihat muka bapak tukang becak)
T : (tersenyum kecut) ruwet mas…
B : lha kenapa pak?
T : saya ini tukang becak mas, dan tidak ada pekerjaan lain selain ini, istri dan anak saya bisa makan sehari-hari ya dari penghasilan becak ini mas.
B : terus hubungannya dengan tidak puasa apa pak?
T : umur saya sudah lebih dari setengah abad mas, tenaga saya sudah berkurang jauh, seandainya saya puasa bisa saya pastikan saya tidak akan dapat mengayunkan becak sebagaimana mestinya. otomatis jatah untuk makan anak istri saya akan berkurang, saya tidak rela kalau sampai melihat anak istri saya menahan rasa lapar gara-gara tidak ada yang dipakai untuk makan
(brewok yang awalnya sedikit ‘leyeh-leyeh’ seketika menegakkan punggungnya pertanda serius untuk mendengarkan cerita pak tukang becak, masih dengan ke-bengong-annya yang kadang-kadang terlihat dari raut mukanya, sesekali keluar suara batuk dari mulutnya yang hitam kelam)
T : saya sadar mas kalau ini dosa, dan saya tidak mengingkari itu, namun harus bagaimana lagi ??? Tiap hari pak ustadz memberikan tausyiah tentang haramnya meninggalkan puasa, dosa yang akan diterima bagi orang yang tidak berpuasa pada bulan ramadan, tapi apakah pernah beliau-beliau para ustadz yang mulia merasakan apa yang kami rasakan, beliau-beliau dengan santai dan penuh harap ketika menyampaikan tausyiah, itu karena beliau-beliau berada di posisi yang lebih nyaman daraipada kami. kami yang merasakan bagaimana sulitnya hidup dengan segala keterbatasan mas, hal itu tidak mudah sebagaimana yang sebagian orang pikirkan. Namun saya juga tidak menyalahkan pak ustadz yang memeberikan tausyiah, itu sudah menjadi kewajiban mereka sebagai orang yang memiliki ilmu untuk berbagi dengan yang lain. tapi ya saya mohon maaf mungkin saya belum bisa mas. Air mata anak saya terlihat begitu menyedihkan bagi saya mas. saya tak tega membayangkannya apalagi melihatnya.
(brewok yang masih dengan kebengongannya semenjak awal tiba-tiba tertunduk lesu, dia merasa malu ketika membandingkan si bapak tukang becak dengan dirinya, sangat jauh, walaupun sama-sama tidak melaksanakan kewajiban puasa waktu itu)
B : hmmm… iya pak, turun dekat tambal ban situ aja pak yah..
T : baik mas
Si Bapak Pemandu Jalan
Pagi itu seperti biasanya saya berangkat untuk melakukan aktivitas
harian, dengan mengendarai motor yang cukup lusuh, saya berharap semoga
saja sampai ditempat dengan tepat waktu. motor tahun 2004 itu saya
kendarai dengan sedang, tak terlalu cepat dan tak terlalu lambat.
Jalanan cukup padat, maklum memang didaerah saya meskipun tidak terlalu
kota, tapi sudah tergolong ramai.
Sesampainya saya di pertigaan ujung desa, saya harus berhenti sejenak menunggu giliran untuk menyeberangi jalanan yang yaaa kira-kira cukup besar. Untungnya ada pemandu jalan yang bertugas mengatur jalannya kendaraan yang ingin menyeberang. setelah beberapa detik tibalah saatnya saya untuk menyeberang.
Dipagi yang cukup terik disertai dengan gelembungan udara bercampur asap dan debu itu si pemandu jalan yang sedari tadi melambai-lambaikan sejenis bendera untuk mengatur jalan melemparkan sunggingan senyuman kepada setiap pengendara yang menyeberang, tak cukup itu, dengan sopannya, bak menyambut tamu kehormatan, si pemandu juga mengayunkan tangan serta ibu jarinya untuk mempersilahkan kami-kami menyeberangi jalan.
Entah mengapa, hati ini terasa bahagiaaaa sekali ketika melihat sambutan dari bapak pemandu jalan tersebut kepada setiap pengendara yang menyeberang. Seakan baru kali ini saya melihat pemandangan seperti ini, ditengah maraknya wajah-wajah bringas yang tak kenal “unggah-ungguh”, ada pula yang pokoknya “senggol bacok”, seakan yang punya kepentingan dan tanggungan cuma dia seorang.
Ingin rasanya setiap waktu bisa menjumpai pemandangan seperti ini, jujur saja, hati ini terasa adem ketika melihat orang -orang yang seperti itu. Negara Indonesia saat ini membutuhkan banyak stok seperti orang ini, memang mungkin tidak bisa langsung bersentuhan atau malah merubah kondisi publik saat ini, namun paling tidak Negara yang sudah tidak senyaman sewaktu zaman kakek-nenek saya dulu ini bisa lebih adem ayem.
Dan bukan tidak mungkin dengan adanya orang-orang seperti bapak pemandu jalan ini, KIAMAT tak kunjung juga datang, atau minimal diundur lah, hehehe….
Sesampainya saya di pertigaan ujung desa, saya harus berhenti sejenak menunggu giliran untuk menyeberangi jalanan yang yaaa kira-kira cukup besar. Untungnya ada pemandu jalan yang bertugas mengatur jalannya kendaraan yang ingin menyeberang. setelah beberapa detik tibalah saatnya saya untuk menyeberang.
Dipagi yang cukup terik disertai dengan gelembungan udara bercampur asap dan debu itu si pemandu jalan yang sedari tadi melambai-lambaikan sejenis bendera untuk mengatur jalan melemparkan sunggingan senyuman kepada setiap pengendara yang menyeberang, tak cukup itu, dengan sopannya, bak menyambut tamu kehormatan, si pemandu juga mengayunkan tangan serta ibu jarinya untuk mempersilahkan kami-kami menyeberangi jalan.
Entah mengapa, hati ini terasa bahagiaaaa sekali ketika melihat sambutan dari bapak pemandu jalan tersebut kepada setiap pengendara yang menyeberang. Seakan baru kali ini saya melihat pemandangan seperti ini, ditengah maraknya wajah-wajah bringas yang tak kenal “unggah-ungguh”, ada pula yang pokoknya “senggol bacok”, seakan yang punya kepentingan dan tanggungan cuma dia seorang.
Ingin rasanya setiap waktu bisa menjumpai pemandangan seperti ini, jujur saja, hati ini terasa adem ketika melihat orang -orang yang seperti itu. Negara Indonesia saat ini membutuhkan banyak stok seperti orang ini, memang mungkin tidak bisa langsung bersentuhan atau malah merubah kondisi publik saat ini, namun paling tidak Negara yang sudah tidak senyaman sewaktu zaman kakek-nenek saya dulu ini bisa lebih adem ayem.
Dan bukan tidak mungkin dengan adanya orang-orang seperti bapak pemandu jalan ini, KIAMAT tak kunjung juga datang, atau minimal diundur lah, hehehe….
(Lagi) Mimpi Indah
Dalam sebuah acara besar yang rutin diadakan setiap tahun, kami datang
terlambat, meskipun itu sudah menjadi kebiasaan, namun waktu itu kami
agak malu atau tepatnya sungkan.
Kami berusaha 'tegar' & masa bodoh untuk nyelonong masuk, dan benar ditengah perjalanan kami dicegat oleh panitia,
---apeeeesss apess--, tetep aja kami nyelonong masuk, sudah didalam eee ternyata sudah tidak ada tempat duduk, terpaksa kami jongkok bersandar disamping tembok.
Setelah beberapa menit, tanpa saya sadari ternyata orang disebelah yang semenjak tadi diam itu ternyata boss udin (putra kyai sepuh). Dan tiba-tiba saja boss udin bertanya pada saya.
Boss Udin : saking pundi mas?
saya : kulo alumni mriki boss
Boss Udin : salah satunya atau contoh alumni sini mas?
Saya : hehehe, ya salah satunya boss, bisa saja panjenengan itu
Boss Udin : iya memang kita ini pantas jadi salah satunya saja bukan contoh, kita ini hanya nyampah saja bisanya, dan setiap kali bertemu orang kita ini sok naik derajat 'nuwek'i' mereka.
Saya : injeh boss
Mimpi bertemu putra Kyai Husen pada Senin, 19 Mei 2014
Kami berusaha 'tegar' & masa bodoh untuk nyelonong masuk, dan benar ditengah perjalanan kami dicegat oleh panitia,
---apeeeesss apess--, tetep aja kami nyelonong masuk, sudah didalam eee ternyata sudah tidak ada tempat duduk, terpaksa kami jongkok bersandar disamping tembok.
Setelah beberapa menit, tanpa saya sadari ternyata orang disebelah yang semenjak tadi diam itu ternyata boss udin (putra kyai sepuh). Dan tiba-tiba saja boss udin bertanya pada saya.
Boss Udin : saking pundi mas?
saya : kulo alumni mriki boss
Boss Udin : salah satunya atau contoh alumni sini mas?
Saya : hehehe, ya salah satunya boss, bisa saja panjenengan itu
Boss Udin : iya memang kita ini pantas jadi salah satunya saja bukan contoh, kita ini hanya nyampah saja bisanya, dan setiap kali bertemu orang kita ini sok naik derajat 'nuwek'i' mereka.
Saya : injeh boss
Mimpi bertemu putra Kyai Husen pada Senin, 19 Mei 2014
Ngimpi Kyai
Mimpi bertemu KH. Sholahuddin di ndalem, awalnya saya leyeh-leyeh, terus
melihat beliau duduk disofa, saya langsung bangun & duduk agak dekat dengan Kyai
Kemudian ada orang yang minta doa, akhirnya semua ikut minta do'a, terus bergantian berjabat tangan dengan beliau, saat sudah berhadapan dengan beliau sebenarnya masih waktunya teman sebelah yang salaman (ada dua baris) tapi beliau memilih saya untuk disalami terlebih dahulu (semoga pertanda baik), maka berjabat tangan dengan beliau, sambil beliau bilang amin,,, amin,,, amin,,, saya juga bilang amin,,, amin,,, amin,,,
Sebetulnya masih banyak tamu tapi tidak semua bisa berjabat tangan, setelah berjabat tangan dengan beliau, beliau duduk sila menghadap ke para tamu dan mengucapkan "kun/qul Laailaahaillah, wes gawe wiridan, gak usah turu", kemudian beliau masuk ndalem
الْحَمْدُ للّهِ رَبّالْعَالَمِينَ
Tanggal 29 Desember 2013
Jam 03.40
Kemudian ada orang yang minta doa, akhirnya semua ikut minta do'a, terus bergantian berjabat tangan dengan beliau, saat sudah berhadapan dengan beliau sebenarnya masih waktunya teman sebelah yang salaman (ada dua baris) tapi beliau memilih saya untuk disalami terlebih dahulu (semoga pertanda baik), maka berjabat tangan dengan beliau, sambil beliau bilang amin,,, amin,,, amin,,, saya juga bilang amin,,, amin,,, amin,,,
Sebetulnya masih banyak tamu tapi tidak semua bisa berjabat tangan, setelah berjabat tangan dengan beliau, beliau duduk sila menghadap ke para tamu dan mengucapkan "kun/qul Laailaahaillah, wes gawe wiridan, gak usah turu", kemudian beliau masuk ndalem
الْحَمْدُ للّهِ رَبّالْعَالَمِينَ
Tanggal 29 Desember 2013
Jam 03.40
Sabtu, 14 Juni 2014
Mereka Luar Biasa
Mereka luar biasa, kitab suci al-qur'an
yang bagi kebanyakan orang saat ini tak lebih dari sekedar buku yang
"dianggap suci", mampu mereka posisikan raja dalam diri mereka,
setidaknya itu kesimpulan yang muncul sewaktu melihat meraka para
pengemban tugas demo tahfidzil qur'an dalam rangka wisuda purna siswi
MTs. Perguruan Mu'allimat Cukir Jombang
Melihat mereka seakan melihat intan permata, mendengar mereka seakan mendengar dawai musik nan indah, berkumpul dengan mereka seakan berkumpul dengan para pejuang berjiwa suci
Mereka tak seperti kebanyakan anak-anak seumurannya, bahkan mungkin mereka sudah dianggap tidak up to date lagi, ah... entah apalah kesan bagi mereka...
Yang jelas mereka luar biasa...!!!
Cukir, 12 Juni 2014
Melihat mereka seakan melihat intan permata, mendengar mereka seakan mendengar dawai musik nan indah, berkumpul dengan mereka seakan berkumpul dengan para pejuang berjiwa suci
Mereka tak seperti kebanyakan anak-anak seumurannya, bahkan mungkin mereka sudah dianggap tidak up to date lagi, ah... entah apalah kesan bagi mereka...
Yang jelas mereka luar biasa...!!!
Cukir, 12 Juni 2014
Untukmu Ibu
Berkali-kali aku merasa ibu itu tidak pantas menyuruh aku
Berkali-kali aku merasa ibu itu tidak berhak mengingatkanku
Berkali-kali aku merasa ibu itu tidak pantas
Menawariku
Berkali-kali aku merasa ibu itu tidak pantas
Berucap terimakasih padaku
Itu semua karena :
Ibu sangat berhak memaksaku
Ibu sangat berhak memarahiku
Ibu sangat berhak mendikte aku
Ibu sangat berhak memanfaatkan aku
Ibu, engkaulah bidadari dunia pertamaku, dibawah telapak kakimu ku damba surgaku, maafkan anakmu ini yang selalu menyusahkanmu
Gempol, 9/april/2014
Berkali-kali aku merasa ibu itu tidak berhak mengingatkanku
Berkali-kali aku merasa ibu itu tidak pantas
Menawariku
Berkali-kali aku merasa ibu itu tidak pantas
Berucap terimakasih padaku
Itu semua karena :
Ibu sangat berhak memaksaku
Ibu sangat berhak memarahiku
Ibu sangat berhak mendikte aku
Ibu sangat berhak memanfaatkan aku
Ibu, engkaulah bidadari dunia pertamaku, dibawah telapak kakimu ku damba surgaku, maafkan anakmu ini yang selalu menyusahkanmu
Gempol, 9/april/2014
Terimakasih Ayah
Terimakasih Ayah
Engkau telah mengantarkanku hingga masa terakhirmu
Terimakasih Ayah
Engkau telah membimbingku hingga hirupan terakhir nafasmu
Terimakasih Ayah
Engkau mengajarkanku arti hidup, hingga engkau menuntaskan masa hidupmu
Terimakasih Ayah
Mungkin sekarang tak ada lagi sosok lahirmu disampingku, namun engkau selalu hadir melalui didikanmu kepadaku
Terimakasih Ayah
Tak berlebihan kiranya mengenangmu sebagai bapak terbaik bagiku
Terimakasih Ayah
Semoga engkau selalu dalam dekapan kasih sayang-Nya yang terlampau mencintaimu melebihi cintaku padamu
رَبَّنَا اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَلِلْمُؤْمِنِينَ يَوْمَ يَقُومُ الْحِسَابُ
Ibnu Sya'roni : Kamis, 20 - 03 - 2014
Engkau telah mengantarkanku hingga masa terakhirmu
Terimakasih Ayah
Engkau telah membimbingku hingga hirupan terakhir nafasmu
Terimakasih Ayah
Engkau mengajarkanku arti hidup, hingga engkau menuntaskan masa hidupmu
Terimakasih Ayah
Mungkin sekarang tak ada lagi sosok lahirmu disampingku, namun engkau selalu hadir melalui didikanmu kepadaku
Terimakasih Ayah
Tak berlebihan kiranya mengenangmu sebagai bapak terbaik bagiku
Terimakasih Ayah
Semoga engkau selalu dalam dekapan kasih sayang-Nya yang terlampau mencintaimu melebihi cintaku padamu
رَبَّنَا اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَلِلْمُؤْمِنِينَ يَوْمَ يَقُومُ الْحِسَابُ
Ibnu Sya'roni : Kamis, 20 - 03 - 2014
Langganan:
Postingan (Atom)