Jumat, 01 Agustus 2014

Selingan

Bermata tapi tak melihat, bertelinga tapi tak mendengar, semua tak berguna....
Saya sadar bila hanya bisa berucap, karena mungkin sementara ini hanya itu yang saya mampu,
Ada apa dengan pemerintahan indonesia??? banyak hal yang harus di perhatikan dengan serius (tentunya oleh pihak yang berwenang), tapi mengapa yang di beberkan ke publik plesar-plesir yang gak jelas manfaatnya....
- Bencana datang silih berganti, seakan-akan tak rela indonesia menjadi negara yang tentram
- perusahaan2 BUMN yang tidak di kelola dengan baik
*Salah satu perusahaan di indonesia yang sudah lama berdiri hanya meraup keuntungan 1 Triliyun per tahun
padahal di Korea dengan perusahaan yang sama persis (hanya saja lebih tua di indonesia berdirinya) mampu meraup keuntungan 30 Triliyun per tahun, wawww.....
apa ini karena pemerintahnya yang perlu di sekolahkan lagi???
atau memang indonesia ini negara yg rusak, sehingga perlu di beri pelajaran
atau malahan karena banyak ulama' suu' (Naudzubillah Min Syarri dzalik)
yaaa... sekali lagi hanya bisa ngomong
(mohon maaf kepada semua)

Hamba Mohon Maaf Allah...

Sering kali aku beranggapan tidak seberuntung orang lain dalam beberapa hal. entah ini ini muncul dari dorongan nafsu atau karena memang ada ba'its. sulit bagiku untuk menerkanya. Beberapa dari temanku ada yang diberikan kelebihan oleh Allah untuk memperdalam ilmu (semi formal / formal) dengan rentang waktu yang cukup lama. Rata-rata mereka  menempuhnya antara 6 - 10 tahun, bahkan lebih. Beberapa diantara mereka bahkan ada yang sempat mencicipi study di luar negeri, baik di Mesir, Sudan, German, Madinah, Makkah ataupun tanah seribu wali - Yaman. Terus terang, ada rasa iri dalam hati melihat mereka begitu nikmatnya bergelut dengan ilmu pagi, siang, sore, dan malam.

ahhh... aku malu akan hal ini, disisi lain aku malah bingung. entahlah..

Aku tidak menyalahkan keadaan yang seakan memaksa / membuatku seperti ini, terlebih ini semua sudah menjadi rangkaian perjalanan kehidupanku yang tertulis dalam papan llauhil mahfudz semenjak azali. Aku hanya meluapkan emosi batin yang tak kunjung reda selama ini. ditambah lagi disaat melihat mereka teman-temanku yang luhur menikmati proses mereka masing-masing dalam balutan ilmu. (Allah.... berikan hambamu ini ahwal mereka para pencari dan pengamal ilmu, amiiinnn).

Terus terang sampai detik ini disaat aku menekan kotak-kotak keyboard ini pun masih "ngganjel" dalam hati mengapa aku tidak bisa seperti mereka. Ya Allah... ampuni hambamu...

Belum reda ke"ngganjelan" dalam hati tentang hal itu, muncul lagi ke"ngganjelan" yang lain. Selama ini boleh dibilang aku hidup cukup jauh dari seorang "Guru", meskipun aku yaqin betul akan kepekaan, welas asih, dan Do'a seorang guru terhadap murid. Bukan hanya jarak,,, bahkan 'alaqoh bathiniyyah pun tak terasa dalam hati. (Allah... berilah hambamu ahwal para kekasihmu, amiiinnn....). Bagaimana bisa seorang murid tidak memiliki 'alaqoh bathiniyyah dengan seorang guru??? murid macam apa aku??? Dengan kondisi yang minimal aku anggap demikian (sekali lagi karena aku pun bingung merasakannya), di sekelilingku banyak teman-temanku dengan mudah dapat berinteraksi dengan "Guru". Dan yang terpenting mereka memiliki 'alaqoh bathiniyyah yang begitu kuat, yang menghujam dan melemahkan partikel-partikel nafsu dalam dirinya. Allah....

aku pun bingung akan hal ini, apakah ini timbul dari nafsuku atau memang ada ba'its yang dapat mengantarkanku kepada nilai-nilai keluhuran.

Allah... hanya kepada-Mu aku berharap
dan hanya Engkaulah sebaik-baik tempat penggantungan harapan

Gempol, 6 Syawal 1435 H